Kewirausahaan (Entrepreneurship) berasal dari bahasa
Perancis : Perantara.
Kewirausahaan
berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi
luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal,
bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang
berbuat sesuatu.
Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda
nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko
finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa
moneter dan kepuasan pribadi.
Wirausahawan adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil
tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan
kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif
dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.
Intinya, seorang
Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa Wirausaha dan
mengaplikasikan hakekat Kewirausahaan dalam hidupnya.
Orang-orang
yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara epistimologis,
sebenarnya kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berpikir
kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang
wirausahawan tidak hanya dapat berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat,
merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu tindakan yang
berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu pola pikir tentang
sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu yang
baru.
Beberapa
konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para wirausahawan dalam
dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu
identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena sifat-sifat wirausahawan
pun dimiliki oleh seorang yang bukan wirausahawan. Wirausaha mencakup semua
aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman
Soemahamidjaja, 1980).
Wirausahawan
adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan
mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity)
dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997) Kewirausahaan
(entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan
usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi,
aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan
organisasi usaha (Suryana, 2001).
Esensi dari
kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses
pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat
bersaing.
Kewirausahaan
Dalam Perspektif Sejarah
:
- Muncul pertama kali di Inggris pada akhir abad 18.
- Diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal dll.
- Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan
perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Jadi
keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Tiga
jenis perilaku :
- Memulai inisiatif.
- Mengorganisasi dan mereorganisasi mekanisme sosial/ekonomi untuk merubah sumber daya dan situasi dengan cara praktis.
- Diterimanya resiko dan kegagalan.
Ciri-ciri dan watak kewirausahaan :
1. Percaya diri
Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme.
2. Berorientasi pada
tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik
dan inisiatif.
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik
dan inisiatif.
3. Pengambilan resiko
Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka
tantangan.
tantangan.
4. Kepemimpinan Perilaku
sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi
saran-saran dan kritik.
saran-saran dan kritik.
5. Keorisinilan Inovatif
dan kreatif serta fleksibel.
6. Berorientasi ke masa
depan Pandangan ke depan, perspektif Dalam konteks bisnis,
seorang entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan
munculnya produk baru atau ide tentang penyelenggaraan jasa-jasa.
seorang entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan
munculnya produk baru atau ide tentang penyelenggaraan jasa-jasa.
Karakteristik Wirausahawan Menurut McClelland :
1. Keinginan untuk berprestasi.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab.
3. Preferensi kepada resiko-resiko menengah.
4. Persepsi kepada kemungkinan berhasil.
5. Rangsangan oleh umpan balik.
6. Aktivitas energik.
7. Orientasi ke masa depan.
8. Keterampilan dalam pengorganisasian.
9. Sikap terhadap uang.
Inovasi adalah kunci penting seorang wirausahawan.
Penentuan Potensi Kewirausahaan
Di bawah ini hal-hal yang bisa memberikan potensi bagi kewirausahaan :
(karakteristik wirausahawan yang sukses dengan n
Ach tinggi)
- Kemampuan inovatif.
- Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity).
- Keinginan untuk berprestasi.
- Kemampuan perencanaan realistis.
- Kepemimpinan terorientasi kepada tujuan.
- Obyektivitas.
- Tanggung jawab pribadi.
- Kemampuan beradaptasi.
- Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator.
Metode Analisa Diri Sendiri
•
Untuk
kebutuhan usaha baru harus memperhitungkan kebutuhan, dorongan dan aspirasi.
• 3
kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi menurut McClelland
yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n Ach), kebutuhan berafiliasi (n
Afill) dan kebutuhan untuk berkuasa (n Pow).
•
Analisa
prestasi pribadi, analisa dengan melihat pengalaman yang tidak terlupakan yaitu
pengalaman yang sangat memuaskan dan pengalaman yang sangat tidak memuaskan.
Pengembangan n Ach
n Ach dapat diperkuat dan dikembangkan melalui program pelatihan.
Tahap-tahapnya antara lain :
- Menyadarkan orang-orang pada potensi mereka untuk mendapatkan karakteristik kewirausahaan. Mereka dilatih untuk membuat rencana, harapan, kesulitan dan mengevaluasi segala tindakan yang telah dilakukan.
- Pengembangan sindrom prestasi. Individu diajar untuk berpikir, berbicara, bertindak dan menyadari orang lain.
- Dukungan kognitif. Tujuannya untuk membantu orang-orang menghubungkan cara berfikir baru dengan asumsi mereka sebelumnya dan cara melihat dunia.
- Pemberian dukungan emosional peserta di dalam usaha mereka untuk merubah diri.
Manajemen Kewirausahaan
Terdapat faktor-faktor
disamping n Ach yang bisa diajarkan untuk melahirkan seseorang wirausahawan
yaitu mengidentifikasi kesempatan bisnis, analisa resiko dan perolehan
kompetensi manajerial.
Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961) :
- Innovating Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara
agresif, trampil mempraktekkan transformasi-transformasi
atraktif.
atraktif.
- mitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang
berhasil dari para Innovating Entrepreneur.
- Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat
berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan
peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal
tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.
- Drone Entrepreneurship
Drone = malas. Penolakan
untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk
melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun
hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi dibandingkan dengan produsen lain.
Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang
disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi
disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977).
melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun
hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi dibandingkan dengan produsen lain.
Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang
disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi
disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977).
Proses Kewirausahaan
Tahap-tahap Kewirausahaan Secara umum
tahap-tahap melakukan wirausaha :
a)
Tahap memulai,
Tahap di mana seseorang
yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
b)
Tahap melaksanakan usaha atau diringkas
dengan tahap "jalan",
Tahap ini seorang
wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup
aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang
meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan
melakukan evaluasi.
c)
Mempertahankan usaha,
Tahap di mana
wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis
perkembangan yang dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
d) Mengembangkan usaha,
Tahap di mana jika hasil
yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat
bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Sikap wirausaha
Dari daftar ciri dan sifat watak
seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang
wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
1. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti
dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya.
Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti
dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya.
Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
- Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai
sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki
komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada
kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi
cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya.
Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya
adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas
produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi
masalah konsumen, dan sebagainya. Seorang wirausahawan yang teguh menjaga
komitmennya terhadap konsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang
akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen,
dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target
perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
- Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh wirausahawan.
- Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka
seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya
kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh
dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada
selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi
oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan
terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh
gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
- Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
- Realistis
Seseorang
dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai
landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan/perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang
berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena
wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan
keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam
melakukan seleksi terhadap masukan-masukan sumbang saran yang ada keterkaitan
erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
Berdasarkan analisis pustaka terkait
kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek
yang perlu
diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
a. mencari peluang usaha baru,
lama
usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan.
b. pembiayaan,
pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana
c. SDM,
tenaga
kerja yang dipergunakan.
d. kepemilikan,
peran-peran
dalam pelaksanaan usaha.
e. organisasi,
pembagian
kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki.
f. kepemimpinan,
kejujuran,
agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC)
g. Pemasaran,
lokasi
dan tempat usaha.
Kompetensi perlu dimiliki oleh
wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini
mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet business Credit Service
(1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu :
- knowing your business,
yaitu mengetahui usaha
apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang
wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha
atau bisnis yang akan dilakukan.
wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha
atau bisnis yang akan dilakukan.
- knowing the basic business management,
yaitu mengetahui
dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha,
mengorganisasi dan mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan,
memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha.
mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan
semua sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.
mengorganisasi dan mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan,
memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha.
mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan
semua sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.
- having the proper attitude,
yaitu memiliki sikap
yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti
pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh dan tidak
setengah hati.
- having adequate capital,
yaitu memiliki modal
yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan
keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup
waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.
- managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan/mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.
- managing time efficiently,
yaitu kemampuan mengatur
waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
- managing people,
yaitu kemampuan merencanakan,
mengatur, mengarahkan/memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam
menjalankan perusahaan.
- statisfying customer by providing high quality product,
yaitu memberi kepuasan
kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,
bermanfaat dan memuaskan.
- knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing.
Wirausaha harus dapat
mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity),
dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan
analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
- copying with regulation and paper work,
yaitu membuat aturan/pedoman
yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139).
Delapan anak tangga menuju puncak karir
berwirausaha (Alma, 106 – 109), terdiri atas:
- mau kerja keras (capacity for hard work).
- bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people).
- penampilan yang baik (good appearance).
- yakin (self confidence).
- pandai membuat keputusan (making sound decision).
- mau menambah ilmu pengetahuan (college education).
- ambisi untuk maju (ambition drive).
- pandai berkomunikasi (ability to communicate).
Faktor-faktor Motivasi
Berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Kasmir,
27 – 28) :
- Memiliki visi dan tujuan yang jelas.
Hal ini berfungsi untuk
menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah
yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
- Inisiatif dan selalu proaktif.
Ini merupakan ciri
mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi
terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
- Berorientasi pada prestasi.
Pengusaha yang sukses
selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu
produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian
utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi
dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
- Berani mengambil risiko.
Hal ini merupakan sifat
yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk
uang maupun waktu.
- Kerja keras.
Jam kerja pengusaha tidak
terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang
seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu
memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat
diselesaikan.
f. Bertanggungjawab
terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun
yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material,
tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material,
tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
g. Komitmen pada
berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus
ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk
segera ditepati dana direalisasikan.
ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk
segera ditepati dana direalisasikan.
h. Mengembangkan dan
memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang
berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik
yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok,
serta masyarakat luas.
berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik
yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok,
serta masyarakat luas.
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana,
2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam
menjalankan usaha barunya :
1. Tidak
kompeten dalam manajerial.
Tidak
kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan.
mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang
dapat mengendalikan keuangan.
Agar
perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah
memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat.
Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahan
dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal
dalam perencanaan.
Perencanaan
merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka
akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi
yang kurang memadai.
Lokasi usaha
yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang
tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang
efisien.
6. kurangnya
pengawasan peralatan.
Pengawasan
erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan
penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap
yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah
terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal.
Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
8. Ketidakmampuan
dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha
yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi
wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh
apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
Referensi :
- Wikipedia.
- (Indonesia) Mengenal Lebih Jauh Kewirausahaan
- Semangat kewirausahaan
- http://indiradamayanti.blogspot.com/2009/07/artikel-kewirausahaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar